Ruang belajar kelompok kecil menjadi sempit saat keempat orang duduk mengelilingi meja. Semua orang fokus pada silabus, hanya Ayumi – kulit putihnya yang halus, rok pendek yang cukup untuk menutupi pantatnya, dan postur duduk yang malu yang membuat ketiga pria tidak bisa mengalihkan pandangan mereka. Suatu kali, secara kebetulan, ketika Ayumi membungkuk untuk mengambil pena, payudaranya yang bulat dengan kemeja tipis tanpa pakaian dalam hampir terbuka di depannya. Mereka bertiga saling memandang, jantung mereka berdebar-debar, dan seolah-olah ada kesepakatan implisit, mereka mulai berbicara secara implisit. Ayumi tidak bereaksi—hanya melihat ke belakang dengan mata berbinar dan senyum dompet yang provokatif. "Aku tahu ayahmu baru saja menatapku ..." – dia berbisik, bibir merahnya dekat dengan telinga seorang pria – "Aku tidak keberatan, selama kamu ... Mari kita mengajarimu beberapa hal praktis ..."
Tinggalkan Komentar